Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu manusia terbaik setelah Rasulullah ﷺ.
Beliau dikenal dengan ketakwaannya, kezuhudannya, dan kecintaannya terhadap akhirat.
Salah satu pesan hikmah beliau yang relevan dengan berbuka puasa adalah:
“Janganlah engkau tinggalkan puasa, karena ia adalah tameng dari api neraka. Dan janganlah engkau berlebihan dalam berbuka, karena sesungguhnya keberkahan ada dalam kesederhanaan.”
Dari kata-kata ini, kita bisa mengambil beberapa hikmah mendalam tentang berbuka puasa:
1. Puasa sebagai Pelindung dari Api Neraka
Dalam hadits Rasulullah ﷺ, puasa disebut sebagai junnah (perisai). Abu Bakar mengingatkan bahwa kita tidak boleh meninggalkan puasa karena ia menjadi penghalang dari api neraka. Dengan puasa, kita menahan diri dari syahwat dan dosa, serta memperbanyak amal kebaikan yang akan menjadi bekal di akhirat.
Ketika berbuka, hendaknya kita tidak melihatnya hanya sebagai kesempatan untuk makan dan minum, tetapi juga sebagai momen untuk bersyukur kepada Allah. Kesempatan berbuka adalah tanda kasih sayang Allah yang memberikan kita kekuatan untuk menyelesaikan ibadah puasa.
2. Tidak Berlebihan dalam Berbuka
Sikap Abu Bakar yang dikenal sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari juga tercermin dalam nasihatnya tentang berbuka. Islam mengajarkan keseimbangan, dan berbuka puasa bukanlah ajang untuk berpesta atau memanjakan nafsu makan secara berlebihan.
Allah berfirman:
"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
Abu Bakar sendiri adalah seorang pemimpin yang sangat sederhana. Ketika berbuka puasa, beliau hanya makan dengan kurma dan air, serta sering berbagi makanan dengan fakir miskin. Sikap ini menjadi teladan bagi kita agar tidak berlebihan dalam berbuka dan tetap mengingat saudara-saudara kita yang kurang mampu.
3. Keberkahan dalam Kesederhanaan
Kesederhanaan dalam berbuka membawa keberkahan. Makan secukupnya tidak hanya baik untuk kesehatan tetapi juga menjaga hati agar tetap fokus kepada Allah. Jika kita terlalu banyak makan saat berbuka, bisa jadi kita malas dalam melaksanakan shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih.
Abu Bakar mengajarkan bahwa keberkahan ada dalam kesederhanaan. Semakin sedikit kita bergantung pada dunia, semakin dekat hati kita kepada Allah. Oleh karena itu, berbukalah dengan penuh kesyukuran, cukup dengan makanan yang halal dan berkah, tanpa berlebih-lebihan.
Kesimpulan
Dari kata hikmah Abu Bakar Ash-Shiddiq tentang berbuka puasa, kita bisa mengambil tiga pelajaran utama:
- Puasa adalah pelindung dari api neraka – Jangan tinggalkan puasa, karena ia adalah ibadah yang mendekatkan kita kepada Allah.
- Jangan berlebihan dalam berbuka – Sederhana dalam berbuka lebih baik daripada makan berlebihan yang bisa menghilangkan keberkahan.
- Kesederhanaan membawa keberkahan – Berbuka dengan secukupnya membuat hati tetap bersyukur dan fokus dalam ibadah.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari teladan Abu Bakar dan menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan serta kesederhanaan. Aamiin.